Infrormasijitu.com_
LUBUKLINGGAU – Jelang pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumatera Selatan XV di Kabupaten Musi Banyuasin pada 18–31 Oktober 2025 mendatang, perhatian publik tertuju pada Kontingen Kota Lubuklinggau. Bukan karena kesiapan prestasi atlet, melainkan sorotan tajam atas dugaan pembengkakan jumlah peserta dan anggaran yang mencapai miliaran rupiah.
Dari data yang berhasil dihimpun awak media pada Kamis, 16 Oktober 2025, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Lubuklinggau tercatat memberangkatkan total 658 orang untuk ajang Porprov kali ini. Rinciannya terdiri dari 483 atlet, 142 official, dan 33 personel satgas pendukung. Mereka akan berlaga di 31 cabang olahraga (cabor), termasuk tambahan dua tim dari cabang Basket dan Bola Voli.
Jumlah Kontingen Dinilai Tidak Rasional
Jumlah fantastis ini dinilai tidak rasional jika dibandingkan dengan kontingen kabupaten lain. Sebagai pembanding, Kabupaten Musi Rawas, daerah tetangga, hanya mengutus 323 orang yang terdiri dari 257 atlet dan 66 pelatih untuk 26 cabor. Selisih jumlah peserta antara kedua daerah ini hampir mencapai dua kali lipat.
Perbedaan signifikan inilah yang kemudian menuai kritik keras dari kalangan aktivis. Salah satu Aktivis Kota Lubuklinggau, Feri Isrop, S.H., menyampaikan keprihatinannya terhadap kinerja KONI Lubuklinggau, terutama dalam hal seleksi dan efisiensi peserta yang diberangkatkan.
“Saya menilai KONI kurang teliti, terutama ketuanya. Jumlah peserta yang diberangkatkan hampir menembus 700 orang, padahal jika dibandingkan dengan daerah tetangga seperti Musi Rawas yang hanya 323 orang, ini terlihat sangat berlebihan,” ujar Feri Isrop dengan nada tegas.
Anggaran Rp3,1 Miliar Dipertanyakan
Lebih lanjut, Feri secara spesifik mempertanyakan penggunaan dana hibah dari APBD Kota Lubuklinggau yang dikabarkan mencapai Rp3,1 miliar. Menurutnya, jumlah dana tersebut sangat besar dan patut diawasi penggunaannya agar tidak disalahgunakan.
“Ini uang rakyat, bukan dana pribadi. Kalau jumlah kontingen sebesar itu, sementara capaian prestasi belum tentu sebanding, maka kuat dugaan ada euforia atau istilahnya ‘pelesiran berjamaah’ menggunakan anggaran daerah,” tambahnya.
Feri menilai bahwa fokus utama dalam pelaksanaan Porprov seharusnya adalah semangat olahraga dan pembinaan atlet. Namun, kondisi di lapangan justru menunjukkan indikasi pemborosan anggaran dan perjalanan tak produktif atas nama kegiatan olahraga.
“Kalau kita berpikir logis, selisih jumlah peserta antara Lubuklinggau dan Musi Rawas hampir dua kali lipat. Dengan anggaran sebesar Rp3,1 miliar, publik tentu berhak curiga bahwa kegiatan ini lebih banyak berorientasi pada jalan-jalan daripada prestasi,” tuturnya.
Tuntut Transparansi dan Audit
Feri Isrop pun mendorong agar Pemkot Lubuklinggau dan DPRD Kota Lubuklinggau turut meninjau ulang mekanisme dan proporsionalitas alokasi anggaran KONI. Hal ini dinilai penting untuk mencegah penyalahgunaan dana hibah yang dapat mencederai kepercayaan publik.
Sejalan dengan semangat transparansi, masyarakat kini menantikan klarifikasi resmi dari pihak KONI Kota Lubuklinggau, termasuk penjabaran detail penggunaan anggaran Rp3,1 miliar tersebut.
“Keterbukaan adalah kunci. Jangan sampai ajang olahraga justru menciptakan kecurigaan publik. Atlet perlu kita dukung, tapi penggunaan dana harus akuntabel,” tutup Feri Isrop.
Belum Ada Keterangan Resmi KONI
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak KONI Kota Lubuklinggau terkait tudingan pembengkakan jumlah peserta dan dugaan pelesiran menggunakan dana hibah daerah tersebut.
Porprov Sumsel XV di Kabupaten Musi Banyuasin diharapkan menjadi ajang pembuktian prestasi bagi seluruh kontingen daerah, bukan ajang polemik anggaran yang mencoreng semangat sportivitas.
Sumber berita : Feri Isrop
Editor : Andika saputra


















