Informasijitu.com_
Lubuk Linggau, Rabu, 10 September 2025 ,Di tengah gemerlapnya pembangunan dan modernisasi yang terus menghiasi wajah Kota Lubuk Linggau, terselip kisah pilu yang nyaris tak terdengar. Di sudut sunyi Kelurahan Tanjung Indah, RT 04, Kecamatan Lubuk Linggau Barat I, hidup satu keluarga dalam keheningan derita yang panjang—keluarga kecil milik seorang pria lanjut usia yang penuh kasih, Pak Pardi.
Pak Pardi, lelaki renta yang tak pernah lelah mengabdi, menjalani hari-harinya bukan dengan kemewahan atau kenyamanan, tapi dengan setumpuk rasa cemas dan harapan yang terus memudar. Usianya sudah tidak muda lagi, namun tangannya tetap sigap—bukan untuk bekerja seperti kebanyakan orang seusianya, melainkan untuk merawat istrinya tercinta yang kini lumpuh karena stroke.
Istrinya, seorang perempuan tua berusia 73 tahun, telah mengalami delapan kali roboh akibat penyakit yang menggerogoti tubuh ringkihnya. Pada kejatuhan terakhir, luka di kepala pun tak terelakkan—menambah panjang daftar penderitaan yang mereka pikul dalam diam.
“Istri saya ini sakit stroke, Pak… sudah delapan kali jatuh. Yang terakhir, kepalanya sampai terluka,” ujar Pak Pardi dengan suara parau, matanya memerah menahan tangis yang tak bisa ia tumpahkan.
Setiap hari, Pak Pardi bangun dengan satu tujuan—menjaga perempuan yang telah menemaninya puluhan tahun. Tanpa bantuan, tanpa fasilitas medis, dan tanpa pendamping, ia merawat istrinya seorang diri. Tak ada rumah yang layak, tak ada alat bantu kesehatan, hanya sebuah keikhlasan yang tak terbeli oleh apapun.
Kini, Pak Pardi hanya bisa menggantungkan harapannya kepada pemerintah kota dan dinas terkait. Bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk istrinya yang setiap hari makin lemah.
“Saya cuma ingin ada yang datang melihat keadaan kami… supaya tahu seperti apa kondisi rumah dan istri saya. Saya mohon…” lirihnya, seolah kata-kata itu adalah sisa tenaga terakhir yang mampu ia keluarkan.
Di tengah ingar-bingar kota yang sibuk mengejar waktu, suara hati seorang suami tua menggema dari sebuah rumah sederhana di sudut kota. Sebuah permohonan sunyi yang semoga tak terus-menerus diabaikan.
Penulis : Jhontiro
Editor : Andika Saputra