Informasijitu.com_
Lubuklinggau _ Pembangunan jalan yang seharusnya membawa harapan bagi warga RT 07, Kelurahan Batu Urip, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, justru berujung kekecewaan mendalam. Proyek yang sudah lama dinanti itu kini mangkrak tanpa alasan teknis. Bukan karena hujan, bukan karena dana — tapi karena dugaan sabotase dari oknum ASN yang berkantor di wilayah tersebut!
Portal kayu dan berserta daun daunnya tiba-tiba berdiri tegak memblokir proyek jalan yang sedang digarap. Warga menyebut, penutupan ini dilakukan secara sepihak. Mereka menduga kuat, ada kepentingan pribadi yang bermain di balik aksi pemortalan tersebut.
“Ini bukan jalan pribadi! Ini akses umum untuk warga. Kami sudah terlalu lama terisolasi saat musim hujan!”
Hendri, Warga RT 07 ,Dugaan Konflik Lahan: Mediasi atau Manipulasi?Ketika dikonfirmasi, Camat Lubuklinggau Utara II, Suhada, tak menampik adanya konflik lahan.
“Waalaikumsalam, oh iya tidak apa-apa, maaf baru balas,” katanya membuka percakapan via WhatsApp.
Suhada menjelaskan bahwa pembangunan memang ditunda karena ada permintaan dari pemilik lahan yang belum selesai dimediasi. Namun anehnya, proyek sempat dilanjutkan keesokan harinya tanpa konfirmasi kepada pihak RT, kelurahan, maupun kecamatan.
“Kalau memang pembangunan harus segera dilakukan, kami justru lebih arahkan ke jalan Melitu, karena warganya lebih banyak dan sering banjir. Sudah dicek, disepakati warga, RT, kelurahan dan saya selaku Plt Camat,” jelasnya.
Namun, tanpa aba-aba, pembangunan dilanjutkan ke arah rumah Hendri — padahal wilayah itu masih didominasi kebun. Pengecoran bahkan dilakukan tanpa menunggu keputusan bersama. Akibatnya, lahan yang belum disepakati langsung digusur, dan konflik pun meledak.
Pemilik Lahan Angkat Suara: “Saya Tidak Pernah Setuju!”
Pemilik tanah yang diduga menjadi hambatan proyek, Ibu Qoryatul Hasanah, akhirnya buka suara. Ia mengaku terkejut proyek pembangunan bisa menembus lahannya tanpa pemberitahuan atau izin resmi.
“Memang ada tanah saya yang kena proyek itu. Tapi saya tidak pernah tanda tangan atau menghibahkan tanah ke siapa pun!” tegas Qoryatul.
Ia juga membenarkan bahwa pemortalan dilakukan olehnya bersama Pak RT setempat, dan tindakan itu telah diketahui oleh pihak camat.
“Jangan tembus menembus saja seperti tanah milik sendiri. Semua ada aturannya. Kalau pihak yang mau ngecor jalan itu menghargai saya, seharusnya bicara dulu,” ungkapnya kesal.
RT Bungkam atau Cuci Tangan?
Ketua RT 07, Davit, justru memberikan pernyataan yang mengejutkan. Ia mengaku tidak tahu-menahu soal portal dan penutupan jalan tersebut.
“Coba cek ke lokasi langsung. Saya tidak tahu soal portal itu. Toh juga, itu hak mereka (pemilik tanah), bukan saya,” ujarnya singkat, seolah ingin lepas tangan.
Fakta di Lapangan: Kepentingan Siapa yang Diutamakan? Warga mempertanyakan arah pembangunan yang dianggap janggal. Alih-alih difokuskan ke jalan Melitu yang padat penduduk dan rawan banjir, proyek malah dialihkan ke jalur sepi dan kebun, lalu dihentikan tepat setelah melewati rumah Hendri — yang diketahui sebagai pihak yang aktif mendesak pembangunan.
“Di depan rumah Hendri sudah dicor, tapi ke belakang masih kebun. Kenapa bukan ke Melitu dulu? Di sana banyak rumah, banyak warga, dan sering kebanjiran. Ini proyek publik atau proyek pribadi?” ujar warga lainnya geram.
KESIMPULAN SEMENTARA:
Proyek jalan RT 07 Batu Urip terhenti akibat pemortalan yang diduga dilakukan oleh pemilik lahan bersama RT. ,Dugaan keterlibatan oknum ASN semakin kuat, karena lokasi pembangunan diduga diarahkan ke wilayah yang bukan prioritas warga.
Camat menyebut mediasi belum tuntas, tapi proyek malah lanjut tanpa izin. RT mengaku tidak tahu, warga merasa dikorbankan.
Catatan Redaksi:
Tim InformasiJitu.com akan terus menelusuri kasus ini. Apakah benar ada permainan kepentingan di balik proyek publik? Siapa yang diuntungkan, dan siapa yang dikorbankan?
Rakyat butuh jalan, bukan drama antar oknum! ,Proyek publik harus berpihak pada kepentingan warga, bukan individu!
Editor: Andika Saputra
Ikuti terus perkembangan kasus ini hanya di informasijitu.com