Informasijitu.com
LUBUKLINGGAU – Kisah tragis mewarnai perjuangan para atlet kontingen Lubuklinggau di ajang Porprov Musi Banyuasin. Di saat mereka seharusnya fokus bertanding mengharumkan nama daerah, para pahlawan olahraga ini justru dikabarkan terpaksa menahan lapar akibat tertundanya pengiriman uang makan dan uang saku.
Ironisnya, alasan di balik penundaan ini adalah masalah birokrasi klasik: hari libur.
Kondisi mengenaskan ini diungkap oleh salah satu narasumber terpercaya di lapangan. Ia membeberkan bahwa para atlet dan ofisial kini dalam kondisi kehabisan bekal.
“Uang sudah tidak ada lagi. Apakah urusan perut bisa ditunda sampai pada hari Senin? Logikanya di mana?” ujar narasumber tersebut dengan nada geram.
Sumber tersebut melontarkan kritik tajam kepada manajemen KONI Lubuklinggau. Ia mempertanyakan mengapa penarikan dana tidak diantisipasi dan dilakukan saat hari kerja masih berlangsung, sebelum akhir pekan tiba.
“Kalau memang anggaran sebelumnya habis, kenapa waktu masih hari kerja tidak melakukan penarikan? Bukan malah menyiksa para atlit dan pengurusnya di sini,” tutupnya dengan tegas.
KONI Benarkan Penundaan, Salahkan Hari Libur
Di lain pihak, Ketua KONI Lubuklinggau, Didit Armansyah, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya penundaan pengiriman dana tersebut. Ia beralasan bahwa keterlambatan terjadi murni karena kendala teknis perbankan.
“Memang tidak bisa ditransfer untuk uang saku dan uang makan dikarenakan bendahara tidak bisa mengambil uang karena libur,” jelas Didit.
Didit buru-buru menegaskan bahwa masalah ini bukan karena ketiadaan anggaran. “Untuk uang makan akan dikirim hari Senin nanti karena masih dalam posisi libur, bukan habis uang,” katanya.
Ia menambahkan bahwa uang saku dan makan yang tertunda ini sejatinya diperuntukkan bagi cabang olahraga (cabor) yang memiliki durasi pertandingan lebih dari 6 hari, seperti atlet bola kaki, takraw, dan panjat dinding.
Didit juga menyinggung soal manajemen anggaran. “Sebenar hal ini sudah kami sampaikan kepada Pak Gatot, kalau ndak hematkan, kalau mau boros ya cepat habis,” ujarnya.
Sebagai rincian, Didit menyebutkan bahwa uang saku per atlet adalah sebesar Rp 540 Ribu, sementara untuk ofisial Rp 600 Ribu. Angka ini, menurutnya, di luar uang makan bersih yang dianggarkan sebesar Rp 75 Ribu per hari.
Penjelasan teknis dan birokrasi dari KONI ini menjadi ironi pahit yang kontras dengan kenyataan di lapangan. Sementara para pengurus berkutat dengan alasan libur bank, para atlet kini harus berjuang melawan lapar sembari menunggu datangnya hari Senin
Editor : Andika Saputra.


















