banner 728x250

Diduga Uang Saku Atlet Takraw Porprov Diduga ‘Disunat’, Kontingen Terancam Kelaparan

banner 120x600
banner 468x60

Informasijitu.com

LUBUKLINGGAU – Kabar tak sedap mencoreng perjuangan kontingen Kota Lubuklinggau di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumatera Selatan XV di Musi Banyuasin. Di tengah upaya atlet mendulang medali, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Lubuklinggau justru diterpa dugaan serius: memotong uang makan dan saku atlet serta pelatih dari cabang olahraga (cabor) sepak takraw.

banner 325x300

Ironisnya, dugaan “penyunatan” hak atlet ini terungkap saat pertandingan masih krusial. Para atlet kini dilaporkan terancam kelaparan karena kekurangan dana.

Protes keras ini dilayangkan langsung oleh Gatot, Ketua Umum Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kota Lubuklinggau. Dalam wawancara tegas pada Jumat (24/10/2025) di lokasi pertandingan, Gatot membeberkan kejanggalan yang dialami timnya.

Menurutnya, terdapat perbedaan mencolok antara dana yang seharusnya diterima dengan yang diberikan oleh KONI. Gatot merinci, uang transport dan penginapan memang diberikan untuk 10 hari sesuai alokasi dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Namun, uang saku dan uang makan—yang menjadi hak vital atlet—justru dipangkas oleh KONI dan hanya dibayarkan untuk 6 hari.

“Kondisi kontingen terancam kelaparan,” keluh Gatot. “Padahal pertandingan masih menyisakan 5 nomor pertandingan putra-putri.”

 

Situasi ini jelas mengancam mental dan fisik atlet yang seharusnya fokus bertanding. Gatot mengaku pihaknya sudah berupaya berkomunikasi dengan pengurus KONI, namun hasilnya nihil. Pihak KONI bersikukuh pada keputusan internal mereka.

“Pihak KONI tetap mengacu pada hasil kesepakatan pengurus KONI bahwa semua cabor hanya menerima 6 hari,” jelas Gatot, menirukan jawaban yang ia terima.

Dugaan pemotongan hak atlet ini sontak menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi pengelolaan anggaran kontingen. Terlebih, dana yang digelontorkan untuk kontingen Lubuklinggau di Porprov Sumsel XV ini tidak sedikit, yakni mencapai Rp3,1 miliar.

Insiden ini menjadi catatan hitam bagi pembinaan olahraga di Lubuklinggau dan menuntut pertanggungjawaban dari Ketua KONI Kota Lubuklinggau, Didit Armansyah, mengenai alokasi dana dan nasib para atlet di lapangan.

Editor : Andika saputra

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *